D66 Bangkit, PVV Tersungkur: Pergeseran Arah Politik Belanda

Foto : Politikus sayap kanan dari Belanda, Geert Wilders, yang memimpin Partai Kebebasan atau Partij voor de Vrijheid (PVV), saat berbicara dalam konferensi pers di kediaman Perdana Menteri Belanda di Den Haaf, 16 November 2024.(AFP/SIMON WOHLFAHRT)

DEN HAAG, DETAKINEWS– Angin perubahan berhembus dari Den Haag. Setelah dua tahun berada di puncak kekuasaan, Partai sayap kanan ekstrem pimpinan Geert Wilders, Partai Kebebasan (PVV), kini harus menelan pil pahit kekalahan. Di sisi lain, partai sentris Demokrat 66 (D66) yang dipimpin Rob Jetten justru muncul sebagai kekuatan baru di panggung politik Belanda.

Hasil sementara pemilu yang dirilis Reuters, Kamis (30/10/2025), menunjukkan persaingan ketat antara dua kubu tersebut. Dengan hampir seluruh suara telah dihitung, D66 dan PVV sama-sama memperoleh 26 kursi dari total 150 kursi parlemen. Namun, D66 unggul sekitar 15.000 suara, berdasarkan laporan ANP.

Keunggulan tipis itu memberi D66 peluang besar untuk membentuk pemerintahan baru. Sebuah momentum penting bagi partai yang selama ini dikenal moderat dan pro kerja sama lintas partai.

Bagi PVV, hasil ini menjadi tamparan keras. Partai yang selama dua tahun terakhir menjadi simbol kebangkitan populisme kanan di Belanda kehilangan lebih dari seperempat kursinya. Publik tampaknya kecewa terhadap kinerja Wilders yang dianggap gagal memenuhi janji-janji reformasi dan pengetatan kebijakan imigrasi.

“Pemilih Belanda mulai jenuh dengan politik konfrontatif. Mereka kini mencari stabilitas,” ujar seorang analis politik kepada Reuters.

Fenomena ini juga menjadi sinyal bagi Eropa. Saat partai-partai nasionalis masih kuat di Prancis, Jerman, dan Inggris, hasil di Belanda menunjukkan batas baru bagi populisme dan politik anti-imigrasi.

Dari Amsterdam hingga Rotterdam, suara moderasi bergema. Pemilih tampak ingin mengembalikan arah politik Belanda ke jalan tengah — politik yang tenang, rasional, dan penuh kompromi.

(***)