PBB, New York – Puluhan pemimpin dunia berkumpul di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Senin (22/9) untuk menyatakan dukungan terhadap pengakuan negara Palestina. Momentum diplomatik ini datang hampir dua tahun setelah perang di Gaza, meski mendapat penolakan keras dari Israel dan sekutunya, Amerika Serikat.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi sorotan utama setelah secara resmi mengumumkan bahwa negaranya akan mengakui Palestina. Langkah bersejarah ini disampaikan dalam pertemuan bersama Arab Saudi, yang disambut tepuk tangan meriah para delegasi.
“Kita harus membuka jalan bagi perdamaian. Kita harus melakukan segala daya upaya untuk menjaga kemungkinan solusi dua negara, Israel dan Palestina hidup berdampingan dengan damai dan aman,” ujar Macron di hadapan sidang PBB.
Israel menolak pengakuan tersebut, menyebutnya hanya akan merusak prospek perdamaian. Pemerintahan sayap kanan pimpinan Benjamin Netanyahu tetap berkeras tidak akan ada negara Palestina selama konflik dengan Hamas masih berlangsung.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 65.000 warga Palestina telah tewas akibat operasi militer Israel sejak serangan 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel.
Selain Prancis, negara-negara lain seperti Andorra, Belgia, Luksemburg, San Marino, serta Malta juga mengumumkan langkah serupa. Sebelumnya, Australia, Inggris, Kanada, dan Portugal telah lebih dulu menyatakan pengakuan.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang berhalangan hadir karena penolakan visa AS, menyampaikan pesan lewat video:
“Kami menyerukan dukungan agar Palestina menjadi anggota penuh PBB,” katanya, sembari menjanjikan reformasi dan pemilu dalam setahun setelah tercapai gencatan senjata.
Meski demikian, keanggotaan penuh Palestina di PBB tetap membutuhkan persetujuan Dewan Keamanan, di mana AS memiliki hak veto.
Respon Beragam di Eropa dan Timur Tengah
Tidak semua negara Eropa sejalan. Jerman dan Italia menilai pengakuan Palestina terlalu dini dan bisa kontraproduktif. Sementara itu, Israel menegaskan akan melawan langkah ini, bahkan mempertimbangkan opsi aneksasi sebagian wilayah Tepi Barat.
Analis memperingatkan langkah tersebut bisa merusak Perjanjian Abraham—kesepakatan yang menormalisasi hubungan Israel dengan beberapa negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab. UAE sendiri menegaskan, aneksasi hanya akan merusak semangat perdamaian regional.
Bagi banyak negara, pengakuan Palestina menjadi sinyal frustrasi terhadap kebuntuan diplomasi dan meningkatnya korban sipil di Gaza. Namun, tanpa langkah nyata berupa sanksi atau tekanan ekonomi, dampaknya diperkirakan akan lebih bersifat simbolis ketimbang perubahan konkret di lapangan.
(ACS)
%20(300%20x%20303%20piksel)%20(308%20x_20251007_114521_0000.png)

%20(300%20x%20303%20piksel)%20(308%20x_20251007_114521_0000.png)
 
 
 
 
 
 
